Beranda Berita Orde Negeri

Orde Negeri

16
0

Oleh: Rinka

Bagaimana Indonesia?

Ada yang bilang negeri ini sudah seperti pohon kehilangan akar.

Ada yang bilang, kalau negeri ini sudah seperti negeri para koki tanpa masakan pasti. Negeri tercinta, negeri yang dulu didamba seolah mati seperti sungai tanpa tau dimana dia akan bermuara.

Dari sekian ucapan atau jargon-jargon melankolis para pemerhati indonesia raya, terbukti sekali jika hati para jelata tersakiti  dengan revolusi baru dari sang presiden terpilih. Atau mereka merunntuk hati karena gembar-gembor perihal Orde baru jilid Dua yang saat ini semakin marak diperbincangkan.

Mengutip darisalah satu status facebook teman saya yang sedikit mengkritik halus bagaimana negeri ini telah terjajah.

Prahara Negeri Samudra oleh Abi Khalid Al-abdillah.

Jaman sekarang sudah mulai kita rasakan bahwa kekayaan mulai bertumpuk pada konglomerat tanpa ada manfaat bagi kau melarat. Keadilanhanya bagi kaum berkelas tanpa manfaat bagi kaum tertindas.

Sungguh tragis dan ironis, maling sandal ditindak dengan bengis sedangkan koruptor dibiarkan tumbuh secara sparadis.

Jannji pasti kau bawa mati, sedangkan kami telah hanya menanti bukti. Kami butuh kerja nyata bukan tontonan perebutan tahta.

kami butuh sesuatu yang layak bukan iming-iming dengan berteriak. Hukum-hukum Allah engkau tinggalkan, harta anak yatim pun rela engkau makan.

Bagaimana nasib suatu bangsa, sedangkan milik rakyat saja tetap engkau mangsa.

 

Indonesia

Apa ini terlalu lembut untuk kita tungakan menjadi sebuah perbincangan tentang Indonesia yang katanya telah terjajah kembali? Yang katanya indonesia sudah lepas dari harapan menjadi negara yang lebih bermartabat gara-gara presiden baru telah menjadikan indonesia seperti barang dagangan  saat kunjungan di Cina dengan para Asong? Indonesia juga dikatakan telah menjadi terpuruk dalam kurun waktu beberapa minggu dalam tampuk kekuasaa presiden baru.

Integritas? Martabat? Disegani? Negara yang kaya? Semuanya menjadi tanda tanya besar saat ini. Pertanyaan mendasar dari seluruh elemen masyarakat yang masih menaruh perhatian besar terhadap kemajuan serta perkembangan bangsa.

Pencitraan

Kekacauan yang nampaknya terabaikan mulai mencuat menjadi lebih tajam akhir-akhir ini. Si presiden barupun tak ayal menjadi bulan-bulanan dan menjadi topik paling aktual di setiap status atau halaman para peneliti sekaligus pengkritik politik di berbagai SOSMED (sosial media), menjadikan namanya yang memang sudah harum dengan pencitraan semakin terdongkrak dengan berbagai kebijakan saktinya, tentang kartu-kartu yang tiba-tiba muncul tanpa tahu dari mana dan utuk apa. yaitu Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Sejahtera dan Kartu Indonesia Pintar.

Yang tentu saja telah berhasil membuat hati rakyat bahagia bagi yang tidak tahu, serta kebingungan.Bagi mereka yang mengerti.darimana datangnya kartu itu? Kapan adanya tender? Kapan rapat tentang kartu-kartu itu dengan para DPR, kenpa tidak ada pemberitaan? Kok tioba-tiba muncul?.

Pencitraan yang seolah membuat sosok sederhananya begitu mendewa, membuat siapapun akan terbawa dalam pesona.Bahwa dia sosok pemimpin yang di damba untuk indonesia raya. Untuk rakyat kembali merdeka dan bangkit dari semua keterjajahan serta derita kemiskinan. Karena katanya, si presiden baru adalah orang sederhana dan berasal dari keluarga miskin. Dan siap untuk membela rakyat miskin pula, menjadikan mereka  memiliki harapan hidup lebih baik. Begitulah janji.

Perbincangan

Sebuah perbincangan menarikpun mengalir dengan argumentasi pencitraan tersebut, saya dan seorang teman yang saat ini menjadi tenaga pengajar di salah satu pondok pesantren di Madura. Dia berkata “ Orang  yang lebih pintar dan lebih rekomended untuk dijadikan presiden seperti Ridwan Kamil, Sahrul Yasin, Ahmad Heryawan dan lain sebagainya, bisa dibilang lebih dengan presiden saat ini, yang notbene banyak meninggalkn proyek-proyek tanpa adanya tindakan lebih lanjut, tapi masalahnya, orang-orang sekaliber Ridwan Kamil walikota Bandung dan mereka yang penulis sebut diatas sayangnya tidak memiliki muka di depan rakyat. Mereka juga tidak memiliki akses darling media (sosok yang selalu dibenarkan dalam media, terlepas itu baik ataupun buruk). Sehingga kepintaran,dan kerja konkrit dari mereka tidak terlihat karena tidak adanya pencitraan seta hubungan dengan darling media. Kita tahulah. Rakyat kita di Indonesia, apalagi golongan petani, rakyat sipil, pengemis dan golongan bawah yang lain serta orang-orang yang hidup di pedalaman. Mereka Cuma mikirmakan, minum, tidur dan buang air. Tidak akan berpikir tugas presiden itu apa. Syarat jadi presiden itu apa saja, serta presiden itu juga memiliki tugas bolak-balik luar negeri ngurusin investasi dan semua tetek bengek tentang de jure  dan de facto untuk negara, juga tentang inflasi, dan pasar bebas. Mana tahu rakyat kecil berpikir begitu? Tukang kopi?Yang sayamaksudbukan barista, Pedangang asongan? Pengamen hingga pengemis pun, mereka tidak akan berpikir kearah itu, mereka tentu tahunya hanya berpikir, bagaimana warna kopi, mendapat uang lebih banyak dan juga bagaimana caranya agar dagangan mereka laku lebih banyak.

Para rakyat kecil hanya akan berpikir tentang hal kecil. Dan mirisnya, di Indonesia di dominasi oleh orang-orang yang ilmu tentang ketatanegaraan  masih jauh dibawah standar. Artinya masi  cetek!. Dan lengkaplah kemenangan presiden baru kita ini dalam hal pencitraan. Tinggal bilang begini begitu, janji ini janji itu. Beres. Karena rakyat kecil akan menganggap bahwa dia adalah dewa, meraka berpikir presiden mereka berasal dari rakyat kecil. Jadi akan paham bagaimana susahnya jadi rakyat kecil. Lalu apa yang terjadi? Mereka dengan senang hati memilih presiden pencitraan ini. Dengan bangganya bilang, ‘ini loh, presiden gue yang lahir dai rakyat’ heh. dan terpilihnya bapak presiden barupun mereka soraki. Di dada mereka tersimpan beribu harapan tentang segala janji manis dari bapak presiden saat masih kampanye dulu. Bahwa dia akan menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju dan dan memberantas kemiskinan, juga akan mempersulit para Investor untuk keluar masuk demi menjaga kualitas SDM dan SDA dalam negeri. Tapi nyatanya? Kita lihat pemerintahan yang masih seumur jagung ini. Sudah banyak yang dikecewakan, banyak pula yang sudah menjadi anti pati pada presiden baru ini, serta menunggu kapan dia akan digulingkan dari kekuasaan. Saya bukan ingin menjelekkan ukhti, bukan juga karena saya adalah pendukung Prabowo dan semacamnya. Saya haya tidak ingin indonesia bernasib sama seperti dulu, saya juga jadi ngeri kalau ingat tragedi Semanggi yang menewaskan para mahasiswa demi memperjuangkan makna demokrasi yang sebenarnya.“ lalu teman saya ini tertawa “ dan juga, hal yang sangat perlu kita sadari bahwa Indonesia sebenarnya telah kembali di jajah secara tidak langsung. Sekarang politiknya sudah jauh dari harapan rakyat. Terjadi keparadoksialan antara kita Indonesia, dengan mereka negara-ngara yang ada di seluruh dunia. Kenaikan BBM padahal minyak dunia sedang turun, dan masuknya  investor asing dari berbagai negara yang tentu saja sangat merugikan semua aspek dalam anah air, sementara negara lain, seperti negra sekecil Taiwan misalnya, mereka mati-matian menolak investasi dari luar krena ingin mempertahnkan integritas bangsa. Sementar kita indonesia malah sebaliknya, seperti yang dilansir dari koran Tempo tentang pidato Jokowi yang sangat menganjurkan para inlvestor asing untuk berenang dilautan mutiara bumi pertiwi, seolah menyuruh mereka untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya di Indonesia. Ah indonesia, kok saya malah berpikir kalau negeri ini seolah dijadikan sebagai taman bermain oleh pak presiden baru? Rakyat kecil yang semakin sekarat dan melarat, baik itu dari segi makanan pokok, kesejahteraan rakyat, demokrasi, sosial, Ekonomi, agama, hingga pada pergolakan politikpun sudah tidak lagi memiliki relevansi dengan kebutuhan rakyat. Dan kesejahteraan mereka.”

Banyaknya pemberontakan baik dari kalangan mahasiswa atau ormas-ormas yang berada di Indonesia. Juga mulai bermunculan. Kekecewaan demi kekecewaan terus saja timbul dari berbagai kalangan. Seiring dengan berjalannya pemerintahan yang semakin carut marut, mereka yang perduli, mereka yang masih memiliki rasa cinta pada bumi pertiwi mungkin sedang menangis menyaksikan betapa Indonesia Raya telah jauh dari kata makmur jaya atau bahkan merdeka.

Indonesia seolah tanpa integritas. Dan perkatan seperti Indonesia for sale menjadi trandmark dimana-mana. Sebagai kaum muda dengan kapasitas otak serta kecerdasan yang mumpuni, tidakkah kita ingin memikirkan bagaimana negeri ini lima tahun yang akan datang? Dengan sistem pemerintahan seperti ini, dan keadaan rakyat yang dipenuhi kemiskinan. Tidakkah hati kita terenyuh? Bangasa ini bukan milik presiden saja, tapi bangsa ini. Bangsa Indonesia adalah bangsa kita bersama, titipan nenek moyang tercinta. Dan alangkah baiknya kita. Bibit muda Indonesia  bisa sedikit menyumbangsih pemikiran atau bahkah kritikan serta bentuk perjungan-perjuangan lain untuk negeri ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini