Beranda Berita Berhati Sufi Lewat Sepuluh Perkara

Berhati Sufi Lewat Sepuluh Perkara

63
0

Ber-Hati Sufi Lewat Sepuluh Perkara

      Menjadi  manusia sufi seutuhnya di zaman sekarang ini rasanya sangat sulit untuk di praktekkan, jika orang-orang zaman dahulu mentasawufkan diri dengan ber’uzlah, lain halnya dengan kehidupan sufi di era saat ini. Banyak di antar pemikiran orang saat ini yang sebetulnya menghendaki kesufian ,namun justru banyak yang meninggalkan kewajiban. Macam-macam cara orang sekarang yang menamai diri sebagai ahli sufi , namun sejatinya  justru pemikiran mereka banyak mengundang kontroversi. Menjadi sufi zaman sekarang cukup dengan kesufian hati. Apalagi bagi para orang orang yang memiliki aktifitas yang tidak bisa dilakukan jika tidak bersinggungan dengan orang lain. Jika hati sudah merasakan indah nya kesufian , tentunya jiwa seseorang akan mendapatkan ketentraman yang dinanti nanti, karena sesungguhnya ,tujuan dari pada sufi adalah membersihkan hati dan melindungi hati dari perkara perkara yang dapat merusak nya. Jadi , hati adalah muara dari segala macam kelakuan kita , hal ini sesuai dengan hadist nabi yang artinya di dalam diri manusia terdapat segumpal darah , jika segumpal darah itu baik , maka baik pula jiwa seseorang, namun jika segumpal darah itu jelek , maka jelek pula jiwa orang tersebut. Ketahuilah , segumpal darah itu adalah hati “

Dalam kitab kimia’ as-sa’adah; Imam Ghozali megkategorikan qolb (manusia yang ada di dalam hati) sebagai sesuatu yang sejenis dengan malaikat. Ketika berada di alam malakut inilah qolb memperoleh ilmu pengetahuan dari Tuhan. Maka dari itu yang paling penting untuk di sufikan adalah hati kita , pensufian hati yang pertama harus dilakukan adalah dengan membiasakan diri dengan berakhlakul karimah . Di dalam kitab ikhya’ ulumudin juz 3 Imam Yusuf Bin Asbath  menuturkan 10 macam kelakuan manusia yang menjadi syarat manusia tersebut di katakan memiliki ketatakramaan yang sesungguhnya. 10 kelakuan itu iyalah:

  1. Tidak suka membesar-besarkan masalah

Banyak di antara kita , yang sering membesar –besarkan masalah yang seharusnya tidak perlu untuk di besar-besarkan , karena hal ini akan semakin merunyamkan masalah yang kita hadapi. Bukannya bahu-membahu menyelesaikan masalah akan tetapi membuat masalah baru yang sebetulnya sangat fatal bila di kita teruskan, akan terjadi kesalafaham di antara kita dan rekan rekan kita , dan pada akhirnya terjadilah ketidak harmonisan , oleh sebab itu setiap masalah pasti ada jalan keluar yang baik.

  1. Suka insyaf dari kesalahan

Orang berkata “ aku benar” tapi sedikit sekali yang berkata “ya aku salah” . Lagi-lagi ke egoisan selalu merajai perasaan kita , sikap ingin menang sendiri membuat kita lupa bahwa kita adalah manusia yang tak akan luput dari kesalahan. Apa yang menurut kita baik, terkadang buruk menurut orang lain . Introspeksi diri sangat penting guna melihat sejauh mana perbuatan kita terhadap orang lain . Baik-buruk itu orang lain yang menilai. Jadi tanyakan dulu pada diri kita .Apakah yang kita lakukan membuat orang lain nyaman atau justru merasa terganggu ?.

  1. Tidak suka mencari salahnya orang

Mungkin untuk permasalahan ini menjadi suatu kebiasaan para manusia di mana rata-rata kita sebagai manusia sangat teliti jika mengkoreksi kesalahan orang lain , ingat bahwa kita tidak akan pernah bisa membersihkan hati jika di dalam hati kita masih suka mencari salah orang lain. Memang jika kita melihat suatu kemungkaran hendaknya dicegah. Namun tidak perlu mempublikasikan kesalahan orang lain di depan umum yang menjadi aib orang tersebut.

  1. Membenarkan perkara yang tidak tepat

Mengutuk keadaan itu mudah tapi tidak hanya bisa mengutuk . Namun cari solusi yang tepat. Benarkan , tata ulang sesuatu yang kita anggap buruk.

  1. Suka meminta maaf

Meminta maaf kepada orang yang telah kita sakiti itu memang berat. Tapi ingat ! meminta ma’af adalah suatu perkara yang sangat terpuji. Jadi buang rasa minder dan gengsi kita , untuk meminta ma’af kepada orang yang pernah kita sakiti. Kapan lagi jika tidak sekarang , jangan sampai datang kematian sebelum meminta ma’af.

  1. Menahan diri ketika di ganggu orang lain (sifat khilman)

Barang kali ini adalah ujian terberat bagi kita. Coba kita bayangkan bila kita di sakiti orang lain, padahal jika mau membalas kita mampu membalasnya, namun kita menahan diri dari semua itu. Alangkah terpujinya diri kita jika kita mampu melewati ujian yang satu ini.

  1. Menyeleksi kesalahan diri sendiri tidak mencari salah orang lain

Sudah seharusnya untuk meng-introspeksi diri .Karena banyak orang memiliki sifat yang tidak suka di salahkan. Agar kiranya tidak terjadi perselisihan di dalam kehidupan ini.

  1. Merenungkan kesalahan diri sendiri

Setelah kita menyeleksi kesalahan kesalahan kita , langkah selanjutnya adalah merenungkan nya. Renungkan betapa banyak orang yang kita buat rugi akibat kesalahan kita , akibat kesenagan kita pribadi. Jika kita mampu untuk menemukan titik salah dari diri kita , ungkapkan pada diri anda bahwa ini adalah yang terakhir kalinya anda melakukan hal ini.

  1. Bermuka ceria dan bahagia

Bermuka ceria dan bahagia atau ajer peraupan (jawa red.) adalah bemuka manis jika bertemu dengan sesama muslim , saling senyum, saling memberi salam , menunjukan hati kita tampak jernih. Sebagai perumpamaan dari seorang yang mampu menerapkan ajer peraupan adalah pramugari pesawat terbang , yang dengan muka manis mereka melayani penumpang sehingga mereka merasa nyaman. Begitu pula dengan kehidupan sehari-hari kita jika mampu meniru ilmu pramugari pasti hidup akan tentram. Sebaliknya bayangkan jika seorang pramugari bersikap keras, angkuh serta sombong . Nyamankah anda sebagai penumpang ? lalu gambarkan di kehidupan anda bila anda memiliki sifat demikian.

  1. Tutur bahasa yang lembut

Ini merupakan ciri-ciri orang yang memiliki tatakarma baik, yaitu tutur kata yang baik. Dalam hal ini tutur bahasa yang baik di maksudkan adalah menyadari posisi kita, dan melihat lawan bicara . Apabila lawan bicara kita lebih tua dari kita maka menggunakan bahasa sopan ;bahasa kromo (jawa.red).  Sebaliknya, apabila lawan bicara adalah orang yang lebih muda sudah semestinya berbicara dengan tutur kata yang menyenangkan dan mudah difahami. Inilah yang disebut dengan bijaksana , yaitu mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Inilah sepuluh sifat yang dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, sebagai batu loncatan untuk mensufikan diri dan hati pada masa sekarang ini. Sepuluh sifat yang setiap hari  sebagai hal yang biasa , namun pada hakikatnya sepuluh sifat ini adalah buah hasil dari ibadah kita. Karena ibadah itu bukan merupakan tujuan ,ibadah hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sedang tujuan dari ibadah itu sendiri adalah ketakwaan kita dan tatakerama dan hidup yang beretika dan berakhlaqul karimah.*

==========================

Di tulis oleh   Muh.abdul ghofur (Mahasiswa INSUD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini